Lagi viral banget istilah aura farming di TikTok — orang-orang pada berburu tempat lokal yang keren buat healing dan feed aesthetic. Nah di Riau, ada event budaya yang bukan cuma indah tapi juga penuh makna, namanya Pacu Jalur. Ini pesta rakyat yang udah jadi kebanggaan masyarakat Kabupaten Kuantan Singingi sejak lama.
Sejarah Pacu Jalur dimulai abad ke-17. Dulu, jalur ini hanyalah alat transportasi utama warga Rantau Kuantan, dari Hulu Kuantan sampai Cerenti. Karena waktu itu belum ada transportasi darat, jalur dipakai buat ngangkut pisang, tebu, sampai 40-60 orang sekaligus. Gak heran kalau jalur dianggap urat nadi kehidupan masyarakat sana.
Seiring waktu, muncul jalur berhias ukiran kepala ular, buaya, harimau lengkap dengan payung, selendang, dan lambai-lambai (tempat juru mudi berdiri). Awalnya, cuma bangsawan dan datuk yang bisa naik jalur model begini. Hingga 100 tahun kemudian, warga mulai adain lomba adu cepat antar jalur yang akhirnya dikenal luas sebagai Pacu Jalur.
Dulu, perlombaan ini digelar buat memperingati hari besar Islam. Tapi sekarang rutin diadakan tiap Agustus dalam rangka Hari Kemerdekaan RI. Pas hari H, Kota Jalur penuh banget sama manusia — macet dimana-mana, perantau pulang kampung cuma buat nonton. Bahkan jalur yang ikut lomba bisa lebih dari 100. Tradisi ini udah masuk agenda tetap Pemerintah Provinsi Riau buat tarik wisatawan lokal & mancanegara.
Zaman penjajahan Belanda, Pacu Jalur rutin digelar buat rayain ulang tahun Ratu Wilhelmina setiap 31 Agustus. Biasanya sampai 2-3 hari tergantung jumlah peserta. Sekarang? Warna-warni kostum, suara meriam penanda start, dan teriakan semangat bikin acara ini jadi daya tarik budaya Kuantan Singingi yang wajib ditonton.
Buat kamu yang penasaran sama tradisi unik Indonesia atau sekadar cari spot aura farming terbaru, langsung aja mampir ke Playkami. Di sana banyak banget thread santai, guide, dan cerita tentang budaya lokal lainnya. Siapa tau bisa jadi destinasi healing selanjutnya!